Source: Google.com |
Masih membekas jelas dalam ingatan, momen indah pertama tentang aku, kamu, dan hujan. Kencan pertama itu, kita langsung terjebak di dalam cinta segitiga. Hujan yg menyusup dalam langkah-langkah kecil kita, menyelinap dalam dekapan tangan kita. Dingin, sangat dingin. Kita menampiknya dengan kehangatan cinta kita. Entahlah. Meski jengkel, kita tetap menikmatinya, bertiga. Aku, kamu, dan hujan.
Hujan melekat erat dalam hubungan kita. Entah sudah berapa kali kita dibuat kuyup olehnya. Hujan, yang setiap butirannya kita nikmati. Tak peduli esok kita berjibaku lagi dengan kesibukan sekolah. Yg jelas, selalu ada hari berkesan antara aku, kamu, dan hujan.
Tepat hari ini, hari spesialmu. Dan pastinya, hujan merasa ini hari spesialnya juga. Setiap kali aku mengajak kamu jalan, merayakan hari ulang tahunmu, hujan selalu hadir diantara kita. Aku dan kamu mulai terbiasa, mulai menyimpan perasaan tersendiri untuk hujan. Hujan, kita jatuh cinta padanya.
Sekarang, aku rindu kamu, sangat rindu. Dinginnya hujan yg menerpa tubuhku, tak lagi ada penangkalnya. Hangat tanganmu tak terasa. Hangat pelukanmu juga. Aku merasa sepi diantara hujan. Aku merasa, ada yg benar-benar hilang dihidupku.
Aku tak bisa menikmati hujan sama seperti dulu masih ada kamu. Seperti dulu saat kita malah mengharapkan hujan turun diantara langkah kita. Sekarang, aku malah tak menginginkan hujan menerpaku tanpa dirimu. Apalah arti hujan tanpa genggaman tanganmu. Apalah?
18 Januari, tepat hari ini. Aku hanya menatap hujan penuh rindu. Rindu hujan bersamamu. Rindu kisah-kisah kita yg telah usai bersama hujan. Rindu segala hal tentang aku, kamu dan hujan.
Hari ini, sama seperti tanggal 18 Januari sebelumnya. Hatiku masih sepi. Sepeninggalanmu dari dunia ini membuat aku hampa. Entah harus menikmati hujan dengan siapa lagi selain kamu. Saat hujan turun, aku hanya berharap, kamu turun bersama hujan, tersenyum kepadaku, dan memulai lagi kisah yg sempat terjeda.
Hujan, oh hujan. Sampaikan padanya, aku sangat rindu...
Comments
Post a Comment