Skip to main content

Ketika 'Tetris' Berbicara Soal Cinta..

Sekedar iseng menengok kembali ke satu permainan jadul yang sering gue mainin di gameboy hadiah dari nyokap gue.
Momen itu terjadi ketika gue menginjak kelas 4 SD (Kalo ga salah inget), dan menurut gue itu yang disebut 'gadged' tercanggih saat itu.
Permainan favorite gue salah satunya adalah Tetris.
Makanya sekarang ini berasa nostalgia banget bisa mainin game itu.


Logikanya sederhana, menumpuk-numpuk balok-balok yang tersedia sebelumnya di 'Next block display'. Lalu kita hanya mencari yang pas dan cocok untuk membentuk satu atau lebih blok penuh yang menutupi layar horizontal gameboy, dan sendirinya blok tersebut hilang (baca: musnah). Dari situ kita akan mendapatkan point untuk dikumpulkan agar bisa melanjut ke level selanjutnya.

Semakin tinggi levelnya, semakin cepat laju turunnya blok-blok, semakin butuh pikiran yang cepat agar blok-blok terletak pada tempat yang cocok dan tepat, tanpa ada celah.

Tapi selain kecepatan turunnya blok, kadang blok yang akan turun selanjutnya tidak sesuai dengan tempat yang tersedia (baca: gak cocok). Mau gak mau, suka gak suka, secara terpaksa kita harus menempatkannya. Dan pastinya akan ada celah, dan gak enak dipandang. Kemungkinannya ada 2, kita harus berfikir keras untuk menempatkan blok selanjutnya yang pas agar bisa menghancurkan celah yang ada, sehingga bisa melanjutkan level dan blok yang tersusun gak menyentuh batas yang bisa bikin permainan tamat. Atau kita membiarkannya sampai pada akhirnya permainan itu usai?

Hasil dari nostalgia itu tercetus satu pemikiran gue soal cinta. Dari game ini ada sebuah makna filosofis cinta didalamnya.

Yang terpikirkan oleh gue saat ini tentang cinta berdasarkan game Tetris adalah. Dalam sebuah hubungan harus menuntuk kecocokan, dimana kalo udah cocok pasti akan mudah dijalanin. Seperti Tetris, kalo kita sudah menempatkan blok dengan cocok, maka untuk level selanjutnya akan lebih mudah. Semakin lama dan tinggi kualitas sebuah hubungan, akan ada banyak rintangan yang menghadang. Seperti halnya Tetris, semakin tinggi level yang kita jalani, semakin cepat laju blok-blok yang turun.

Saat blok-blok mulai cepat, tentu akan semakin sulit, dan menuntut kita berfikir cepat dalam mengatasi permasalahan yang muncul kapanpun terjadi. Dalam sebuah hubungan, kita dituntut untuk berfikir keras dalam mengatasi rintangan yang terjadi, untuk menempatkan segala sesuatu di posisi yang pas.

Jika didalam kelanjutannya menemukan sebuah titik dimana tidak ada kecocokan antara blok yang akan turun dengan ketersediaan tempat pada blok sebelumnya, mau gak mau, suka gak suka kita harus menempatkannya dengan terpaksa. Sama dengan halnya hubungan, suatu hal menemui titik ketidakcocokan, kita harus tetap menempatkannya, dimanapun itu. Meski ada celah disana, dan tidak enak dilihat, tapi kita harus berfikir untuk jalan selanjutnya seperti apa.

Karna ada 2 kemungkinan, kita memikirkan cara untuk menempatkan langkah selanjutnya yang pas dan tepat untuk menghilangkan celah yang ada, atau membiarkan celah itu hingga perlahan tapi pasti semua menumpuk gak jelas dan usai dengan sendirinya?

Pilihan ada ditangan kita..

Comments

Popular posts from this blog

Last Dance - One Ok Rock [35XXXV]

  Photo Credit by www.akibanation.com | Edited by Author Hello Netters... Yosh... Selagi cerpen-cerpen gue belum beres (berhubung lagi males-malesnya), gue mau sedikit share tentang sebuah lagu yang lagi gue suka nih, gaess. Check this out...

Lirik Dreaming Alone - Against The Current (ft. Taka "One Ok Rock")

Setelah menjalani lika liku kehidupan, mengurusi hidup, gebetan, tugas, dan blog baru , akhirnya mampir lagi di blog yang penuh kenangan ini. Oke fix, mungkin ini blog bagusnya buat share lirik-lirik lagu yang lagi gue suka aja kali ya. Untuk lainnya belum terfikirkan apa lagi yang harus gue tulis disini. Yang penting blog ini tetep aktif biar ga di banned Gugel wkwk.