pexels.com |
Hello Netters!
Masih kepikiran dibenak gue gimana jadinya kalo hujan yang baru saja
terjadi berlangsung lama, sampe malam hari. Ya, gue baru aja pulang dari kuliah
sambil grimis-grimisan. Sebelum pulang, gue dan Aray nyempetin solat dzuhur di mushola
kampus. Selesai sholat, kami berdua bergegas menuju parkiran motor. Baru sampe di‘bibir’
pintu keluar, ternyata hujan, banyak juga. Hujan yang turun menahan kami untuk
cepat-cepat sampe di rumah. Gak lama Faris muncul setelah sempat duluan jalan
ke parkiran. Kami bertiga duduk (baca: nongkrong) dilorong kampus sambil
menunggu hujan reda. Diliat dari karakteristik air yang turun saat itu
mengindikasikan bahwa hujan yang turun akan berlangsung lama. Hal ini yang
sebenarnya gue khawatirkan setelah dua hari yang lalu hujan dengan
karakteristik yang sama berlangsung dari siang sampe malam dengan derasnya. Untungnya,
selang sekitar setengah jam, hujan pun berhenti, meski masih menurunkan
bulir-bulir titik air dari langit.
Baru ‘menapakkan’ kaki di teras
rumah, hujan turun lagi dengan derasnya. Lagi, keberuntungan menghinggapi gue
yang emang lagi males banget pake jas anti-hujan. Gue duduk di bale depan
rumah, melepaskan kedua sepatu dan kaos kaki gue. Lalu melamun sejenak menatap
tetesan air yang jatuh dari langit. ‘Finally,
masuk musim hujan juga’, seraya hati gue bersorak menyambut musim hujan setelah
lama kita merasakan panasnya musim kemarau yang panjang. Ibarat, ‘menemukan
oasis di padang pasir’. Luruh semua dahaga. Sumur yang mengering mulai terisi
air lagi. Ladang yang kering mulai dibasahi air lagi. Setelah masalah
kekeringan dan krisis air bersih berakhir, mungkin akan timbul masalah baru,
banjir dan jemuran pakaian gak kering. Masalah klasik sih yaa, tapi tetep
nikmatin aja. Hidup ini cuma sekali toh?
By the way, hari ini adalah Hari
Pahlawan Nasional. Sebelumnya, gue mau ngucapin ‘SELAMAT HARI PAHLAWAN!!!...’
*ayey*. Bung karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati
jasa pahlawannya!”. Tegas sekali menyerukan kepada kita untuk selalu
menghormati para pahlawan bangsa. Caranya? Gampang kok! Dengan selalu menjaga
keutuhan bangsa dan negara, saling bersatu padu, dan jadi generasi yang
membangun bangsa menjadi lebih baik, itu juga sudah termasuk menghormati
perjuangan pahlawan dalam meraih kemerdekaan untuk bangsa kita. *applause...*
***
Well, sebenernya ada gak sih pahlawan jaman
sekarang? ~Jawabannya adalah, BANYAKK!! Pernah denger ada seorang pensiunan
membuat mesin generator listrik tenaga air untuk mengaliri listrik di desa
terpencil yang bertahun-tahun belum dialiri listrik? Pernah denger ada seorang
kakek pengayuh becak mencari puing-puing aspal untuk menambal jalan berlubang?
Pernah denger ada dua wanita kembar yang membuka tempat pendidikan gratis untuk
anak-anak yang kurang beruntung? Dan masih banyak lagi. Itulah pahlawan saat
ini. Orang yang mampu memberikan manfaat bagi banyak orang, bisa disebut
sebagai pahlawan. Orang yang mampu menginspirasi banyak orang, bisa disebut
pahlawan. Jadi, kita juga bisa kok jadi pahlawan. Yaa minimal jadi pahlawan
untuk diri sendiri dulu. Caranya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, hal-hal
yang produktif, terus menjaga akhlak dan moral yang baik, serta peduli pada
kesehatan diri sendiri. Gampangkan? Dengan sendirinya kita bisa menjadi
pahlawan untuk orang lain.
***
Pernah suatu hari, saat gue dan
Naya (sebut saja begitu) pulang sekolah dan berniat pergi ke satu perbelanjaan
di daerah yasmin, bogor. Kami berdua berniat ingin membeli cake untuk ulang tahun sahabat kami, Gea. Beberapa meter setelah
keluar dari mall, tiba-tiba hujan deres banget. Gue langsung menepikan motor
dan mencari tempat untuk berteduh. Naya tak henti-hentinya ‘ngedumel’ karna
acara surprise untuk Gea terancam
gagal.
‘Gimana nih ji...gimana??’, ungkap Naya yang mulai panik karena hujan.‘Gimana apanya?’.‘Ini gimana??? Surprise kita buat Gea gagal dong?’.‘Gak gimana gimana. Neduh, duduk manis, tunggu hujannya reda’, gue mencoba menenangkan Naya dengan memberikan sebotol minuman teh yang gue beli di warung tempat kita berteduh, ‘Nih minum, biar lo jinak’.
Sekitar tiga puluh menit berlalu,
hujan masih belum reda. Sedangkan hari makin sore, dan langit mulai gelap. Naya
mulai gelisah lagi. Gue juga sedikit resah. Lempengan coklat yang menempel
disekeliling cake mulai lumer. Dan
hujan masih belum menandakan akan berhenti. ‘Kalo udah redaan dikit kita
langsung berangkat!!’, kata Naya tegas memaksakan untuk tetap berangkat
ditengah hujan.
Ketika kami sibuk menatap air
hujan yang turun, tiba-tiba Naya berteriak dan menunjuk-nunjuk sesuatu. ‘Itu...itu...’,
katanya sambil menunjuk kearah jalan raya. ‘KUCIIINGG....KUCING DITENGAH JALAAN!!’.
Gue langsung menoleh kearah yang
ditunjuk Naya, ‘Ih gilak itu anak kucing ngapain ditengah jalan!’, gue jadi
ikutan shock ketika melihat anak
kucing yang sepertinya hendak menyebrang, namun terjebak ditengah jalan raya
yang cukup ramai oleh lalu lalang kendaraan. Letak anak kucing dengan tempat
kita berteduh cukup jauh, kondisi sedang hujan lebat juga. Kami berdua sesekali
berteriak histeris ketika ada kendaraan yang hampir mengenai anak kucing malang
itu.
Gak lama, terlihat ada pengendara
motor yang menghentikan motornya disisi jalan, kemudian dengan sigap
mengamankan si anak kucing dari tengah jalan raya. Gue dan Naya narik nafas
dalam-dalam, lega. Pengendara motor telah menyelamatkan nyawa si anak kucing.
Dia adalah pahlawan di tengah hujan yang deras.
***
Dari kisah pengendara motor yang
menjadi pahlawan karena menyelamatkan nyawa si anak kucing mengajarkan kita
bahwa, untuk menjadi pahlawan tidak harus melakukan hal yang besar dan luar
biasa. Cukup melakukan hal kecil, kita sudah bisa menjadi pahlawan. Gak harus
menjadi pahlawan bagi orang banyak. Cukup menjadi pahlawan bagi si anak kucing
sekalipun. Karena, apapun perbuatan baik yang telah kita lakukan, sekecil
apapun itu, entah itu kepada orang lain ataupun kepada makhluk ciptaan tuhan
lainnya, it’s better than not doing
anything, bro. Jangan pernah bosan untuk berbuat baik.
Comments
Post a Comment