Skip to main content

Serunya Cinta Diam-Diam [Part 1]

Photo Credit: [Wedding] - Nhân & Nữ ~ Phú Quốc via photopin (license)
 
Belum lama ini gue sempet bikin kultwit tentang “Cinta Diam-Diam”, yang diilhami oleh kata-kata yang ada di novel bang Radith, Marmut Merah Jambu. Emang sihyaa apa yang kita baca (seperti cerpen, novel, dkk) kalo ternyata itu sama dengan pengalaman kita sendiri, bikin kita jadi flashback (yang bahasa kekiniannya throwback: lempar kebelakang, kena pala orang, mati deh). Hal itu terjadi pada diri gue. Berakar dari cerita pendek bang Radith yang latarnya mengisahkan cinta diam-diam bang Radith dan dua temannya sewaktu SMP, membuat gue teringat tentang kisah cinta diam-diam gue waktu gue duduk di kelas satu SMP. Semua nama gue samarkan. Suara disamarkan. Muka disamarkan. Mantan? ~Disamarkan ajalah yaa...

Begini ceritanya...


Saat itu, sedang masa orientasi sekolah (atau bahasa planetnya, MOS) di satu sekolah di wilayah antah berantah ujung planet hutan belantara dalem kerak bumi yang belum ada di peta. Nggaklah. Siang itu matahari begitu terik. Panas sekali. Sampe air ketek gue pun ikut mengering. Suasana kelas rame banget. Gue. Duduk dengan lugunya, clingak-clinguk, liat sana, liat sini. Cengo...

Berdasarkan pengamatan gue. Hampir semua penghuni kelas ini (kecuali gue), adalah temen mereka dari SD yang sama. Terlihat dari baju olahraga yang mereka pake itu adalah baju olahraga pas mereka SD. Gue? Gak ada sama sekali temen dari SD gue yang sekelas sama gue. Nasip...

Gak heran kenapa tampang gue cengo-cengo-dongo. Ya iyalah, yang laen pada sibuk berisik ngobrol sama temennya, lah gue? Lalet sebijipun gak ada yang mau ngobrol sama gue.

Pada akhirnya, ada seekor bocah, baru masuk ke kelas, clingak-clinguk, sambil ngupil, dan pandangannya terhenti pada bangku kosong yang ada disamping gue. ‘Mampus... Gue bakal sebelahan sama orang aneh.’ Orang cupu + Orang aneh = Kolaborasi yang tidak diharapkan.

Dengan santai sambil (masih) ngupil, dia menghampiri gue dan duduk disamping gue. Lalu menyapa, ‘Hai, gue ardi’, sambil menyodorkan tangan yang abis dipake ngupil barusan. Gue merasa mual dan mau muntah. Gue cuma senyum kecut cenderung pait, ngejawab ‘Oh hai...’.

~

Itu adalah awal dimana gue, yang sekarang ini, menjadi aneh, setelah tiga taon bergaul sama si ardi. Anehnya lagi, dia minta dipanggil bodong. ‘Eh, jangan panggil gue ardi ya’, katanya, ‘panggil bodong aja’.

Gilak, aneh kan?. ‘Kok bodong? Emang puser lo bodong?’, tanya gue yang heran ketika dia malah pengen dipanggil itu.
‘Kayaknya gitu, mau liat?’, jawab ardi sambil mengangkat bajunya.
‘Anjroot...Ngga ngga, makasih’, seru gue menolak. Gila, bisa-bisa gue muntahber 7 hari 7 malem kalo liat pemandangan gak mengenakan itu. Lagipula yang ada dipikiran gue saat itu, kenapa dia dipanggil bodong: Bisa aja dia lahir, tanpa surat-surat resmi kepolisian, jadi disebut Anak Bodong. Yang jadi pertanyaan, lantas dia siapanya motor bodong?

~

Seperti biasa, yang namanya masa orientasi seks...*eh sekolah, adalah masa dimana biasanya terjadi perpeloncoan gitu. Yang gak ngerti apa itu perpeloncoan, itu semacam sikap ‘semau-udelnya’ para senior dalam memperlakukan para junior, dalam hal ini: siswa baru. Makanya suasana kelas saat itu ~ketika para senior masuk kelas~ berubah mencekam. Semua siswa diam dan duduk dengan rapihnya. Kelas yang sebelumnya berisik, berubah jadi sepi, layaknya kuburan. Jangkrik pun enggan menggonggong. Horor banget deh waktu itu. Satu persatu senior masuk. Dan mata gue tertuju pada satu senior (cewe, tinggi, berkerudung, cantik, dan hanya dia yang terlihat senyum diantara senior-senior lain yang mencoba mensangar-sangarkan wajahnya).

Mata gue gak bisa lepas memandang kakak senior itu. Momen perkenalan pembimbing MOS adalah momen yang gue tunggu-tunggu. Dengan penuh perhatian gue menyimak kata-kata yang keluar dari kakak senior cantik itu, yang kebetulan suaranya halus banget, sehalus kulit bayi badak. Namanya, winda sari. Ya, nama yang cantik, secantik orangnya. Kalo orang tuanya memutuskan untuk memberi tambahan pada namanya, pasti akan jadi ‘Winda Sari Tebu Alami’, manis buanget.

Sejak saat itu, gue menjadi begitu bersemangat menjalani seminggu masa orientasi sekolah. Gue dateng pagi-pagi, pulangnya agak sorean dikit untuk pengintaian. Cuma penasaran, kak winda pulang dijemput siapa. Ternyata dia pulang bareng temen-temennya. Gue sedikit lega, mungkin itu pertanda bahwa kak winda belum punya pacar.

Setiap kegiatan MOS, pandangan gue hanya tertuju pada kak winda, kak winda, dan kak winda. Dia cenderung ramah dan murah senyum kepada siswa yang dibimbingnya. Beda dengan kakak senior yang lain, yang cenderung galak dan lumayan kejam. But who f**king cares, gue lebih seneng menatap wajah kak winda dengan indahnya.

~

Setelah gue dibuat gak bisa tidur setiap malemnya karna selalu terbayang wajah kak winda. Suara lemah lembutnya selalu terngiang ditelinga gue. Senyumnya yang menghangatkan jiwa. Ah...Gue jatuh cinta.

Ternyata kebiasaan gue jatuh cinta ke cewe yang lebih tua dari gue gak ilang sejak SD. ‘Akankah gue bisa mendapatkan kak winda?’, gue bergumam lirih saat tengah asik ngelamunin kak winda sambil menatap langit-langit kamar. Akhirnya gue bertekad dalam hati, dimalam penutupan masa orientasi sekolah nanti, gue akan menyatakan perasaan gue ke kak winda! Mantapp!!...

~

Sore itu, begitu sibuk dengan segala persiapan yang dilakukan untuk acara malam penutupan masa orientasi sekolah yang akan berlangsung sekitar 4 jam lagi. Jadi bakal ada acara nginep-nginep disekolah. Wah seru... Biasanya acara nginep-nginep itu adalah acaranya ajang bercerita horor. Diotak gue udah terbayang gimana serunya nakut-nakutin cewe-cewe yang kemudian pada jerit-jeritan. Apalagi rencana bakal ada acara ‘jerit malam’ gitu: Siswa akan ditutup matanya, terus dituntun berjalan ketempat yang kita gak tau, dan nanti bakal dikerjain, ditakut-takutin abis-abisan. Wahaha perfect!!

Malam datang begitu cepat, gue dan yang lain lagi fokus ngedengerin arahan dari kak winda. Gue yang terlalu fokus dengan wajahnya, sampe gak memperdulikan apa yang dia bicarakan. Wajahnya begitu indah dan sayang untuk dilewatkan meski satu detik ditinggal merem-melek-karna-keasikan-ngupil.

‘Oke, semua sudah ngerti?’, suara kak winda membuyarkan lamunan gue. Sepontan kita semua mengangguk, tanda mengiyakan apa yang dikatakan kak winda meski gue gak tau sama sekali apa yang dia bicarakan tadi.

Seperti rencana malem sebelumnya, kalo gue bakal menyatakan semua perasaan gue seutuhnya pada kak winda malem ini juga. Gue clingak-clinguk, sambil menanti momen yang tepat untuk melakukannya.

Acara ‘jerit malam’-pun dimulai. Gue yang didaulat menjadi pemimpin barisan, harus rela jadi korban pertama yang bakal dikerjain abis-abisan para senior. Hmmmm... Malem itu gelap, ditambah penutup mata yang membuat gue gak bisa ngeliat apa-apa. Gue hanya mengandalkan indera peraba gue (baca: grepe-grepe) sebagai penerawang jalan. Saat itu gue sama sekali gak tau apa yang ada didepan gue. Sampe tiba-tiba ada suara yang mengarahkan langkah kaki gue. ‘Awas ada kuburan, hayo diloncatin hati-hati’, kata suara yang gue tau betul, itu suara kak winda. Tangannya yang lembut kadang memegangi tangan gue yang seperti parutan kelapa ketika gue nyaris terjatuh. Detik ini, gue merasa, pandangan gue gak gelap lagi. Karna didepan gue sekarang, ada kak winda yang senantiasa menuntun gue menghadapi rintangan yang menghadang melintang. Segala keraguan dan ketakutan seketika lenyap, dan gue menjadi lebih mantap untuk menaklukannya.

Waktu terasa begitu cepat berlalu. Hingga genggaman tangan kak winda terlepas. ‘Sudah sampai, sekarang penutup matanya udah boleh dibuka’, katanya sambil menginstruksikan agar semua membuka penutup matanya.

Ketika gue membuka penutup mata, didepan mata gue, berdiri dengan anggunnya sosok kak winda. Senyumnya, ah...gue seakan mencair bagai es batu lalu berserakan kemana-mana. ‘Inilah saat yang tepat untuk menyatakannya’, seru gue dalem hati dengan semangatnya.

Gue menarik nafas dalam... dalam..., dan...kentut. Nggaklah. Gue menyiapkan mental gue. Kata-kata yang dari malem kemaren gue hafalin kembali gue inget-inget lagi. Lalu gue memanggil kak winda.

‘Kak... kak winda’, gue berlari ke arahnya.
‘Iya ada apa, fa...fauzy kan?’, katanya sambil mengingat-ingat kembali nama gue.
‘Iya kak, ada yang mau aku omongin kak’, gue mendekat, dan berusaha menatap matanya.
‘Oh, apa itu?’, tanyanya penasaran.
‘Gini...emmm...anu kak, anu...’, mampus gue jadi grogi gini.
‘Anu? Anu apanya?’, kak winda makin bingung dengan gelagat gue yang sepintas lebih mirip orang yang lagi nahan boker.
‘Emmm anu kak, gini... Makasih atas bimbingannya ya kak!’, akhirnya gue ngomong gak sesuai dengan ekspektasi yang udah diberikan pada lidah gue.
‘Oohh...iya sama-sama’, katanya lembut dan tersenyum, lalu pergi menuju ruang panitia.

Gue yang semula terpaku menatap punggungnya yang mulai menjauh dari gue, memutuskan untuk kembali ke tenda dengan... yaa gitu deh. Yang pernah ngalamin kejadian ini pasti tau banget apa yang gue rasain saat ini. Niatnya mau meluapkan isi hati gue, tapi kejadiannya malah kayak gini. Kata-kata yang udah gue siapin semalem seakan sia-sia. Perasaan gue ke kak winda masih belum tersampaikan. Apakah cinta diam-diam serumit ini? Bego, bego, bego banget deh gue.

~

Ya. Over all, malam itu begitu indah. Terlepas dari kebegoan gue yang gagal menyatakan perasaan gue ke kak winda. Terlepas dari gue yang gak bisa tidur karnanya. Terlepas dari keesokan harinya gue dilarikan ke rumah sakit ~Gue menikmati semuanya. Proses terjadinya jatuh cinta itu memang gak bisa diprediksi. Gimana caranya. Apa penyebabnya. Dan pada siapa orangnya. Semua selalu jadi misteri. Cinta itu gak ada yang tiba-tiba. Cinta itu selalu ada. Keunikan cinta itu adalah jatuhnya yang tiba-tiba, tanpa adanya proses panjang yang dilaluinya, pada momen yang gak pernah terduga, dan pada orang yang gak pernah disangka-sangka. Cinta diam-diam bukanlah cintanya seorang pengecut. Cinta itu terjadi ketika seseorang memutuskan untuk menjatuhkan hatinya pada orang yang membuatnya gak bisa berbuat apa-apa. Hanya diam dan terpaku ketika dihadapannya. Tapi yang perlu diingat, sang pencinta diam-diam selalu punya cara tersendiri untuk menikmati prosesnya. Meskipun dalam waktu yang sangat lama. Meskipun tanpa adanya kepastian yang nyata.

Comments

Popular posts from this blog

Last Dance - One Ok Rock [35XXXV]

  Photo Credit by www.akibanation.com | Edited by Author Hello Netters... Yosh... Selagi cerpen-cerpen gue belum beres (berhubung lagi males-malesnya), gue mau sedikit share tentang sebuah lagu yang lagi gue suka nih, gaess. Check this out...

Lirik Dreaming Alone - Against The Current (ft. Taka "One Ok Rock")

Setelah menjalani lika liku kehidupan, mengurusi hidup, gebetan, tugas, dan blog baru , akhirnya mampir lagi di blog yang penuh kenangan ini. Oke fix, mungkin ini blog bagusnya buat share lirik-lirik lagu yang lagi gue suka aja kali ya. Untuk lainnya belum terfikirkan apa lagi yang harus gue tulis disini. Yang penting blog ini tetep aktif biar ga di banned Gugel wkwk.